Cerita dari Gunung Penanggungan

by - August 12, 2018

Perkenalkan untuk kalian yang mungkin belum familiar dengan nama salah satu gunung yang konon tercipta saat kura-kura dari India membawa tanah untuk membuat Gunung Semeru, yups, Gunung Penanggungan namanya. Jika kalian melihat puncak gunung Penanggungan ini kalian akan teringat dengan Gunung Semeru, karena memang bentuknya yang sangat mirip. Yang membedakan adalah ukurannya gunung Penanggungan lebih kecil dari Gunung Semeru. Kesamaannya adalah, sama sama gunung yang sangat indah dan menjadi favorit ku. Hihi 

***



Aku menyebut gunung penanggungan ini adalah gunung seribuan rasa tiga ribuan. Gunung yang terletak di Jawa Timur dan berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Mojokerto pada sisi barat dan Kabupaten Pasuruan pada sisi timur, serta berjarak kurang lebih 55 km dari Surabaya ini memliki 1.653 mdpl, tetapi rasanya seperti mendaki gunung dengan ketinggian 300 mdpl. Jalur pendakian yang curam dan berbatu mulai post 4, menjadikan para pendaki harus berhati hati.  Jalur untuk mendaki gunung ini ada 3 jalur, yaitu lewat jalur jolutundo dan jalur trawas. Jika kalian ingin sekalian melihat petilasan pendahulu-pendahulu kita , bisa melewati jalur Jolotundo. Disana akan banyak candi-candi yang konon adalah peninggalan kerajaan Majapahit. Tapi jalur ini sedikit agak “singup” sih, tapi kalau kita niatnya memang baik dan nggak neko-neko insyallah tetap aman-aman saja. Jalur yang kedua adalah melalui jalur Trawas. Jalur ini adalah jalur yang umum dilalui oleh para pendaki. Llau ada juga jalur wonosuryo jika kalian dari gempol.  




Biasanya gunung penganggungan ini sangat ramai didatangi pendaki pada saat weekend atau saat long weekend. Dan jangan heran jika kalian mendaki ke gunung ini dan melihat anak-anak muda yang tidak membawa peralatan mendaki hanya membawa sebotol air minum saja ya, hehe, memang banyak biasanya anak-anak usia SMP-SMA yang mendaki “tek-tok” ke gunung Penanggungan. Tapi sangat dianjurkan untuk membawa peralatan tenda dan lain sebagainya ya, karena mungkin akan terjadi hujan atau badai serta angin kencang yang dingin di puncak Penangungan. Utnuk biaya nya sendiri bisa dibilang cukup murah yaitu Rp.15000 per orang. ( dibanding semeru hahaha)  

***

Aku mulai ceritaku untuk gunung Penanggungan ini ya. Aku mendaki gunung nan elok indahnya dan bikin ketagihan ini saat puasa tahun 2016 dan bulan februari 2018 ini. Untuk pendakian pertama, benar-benar sepi karena saat itu adalah bulan puasa sedangkan saat kedua kalinya saya mendaki itu rameee nya ya Allah, karena kalau nggak salah ada longweekend saat itu. Untuk pendakian pertama aku bersama dengan teman-teman kantorku, squad yang naik ke Semeru juga (*jadi kangen kalian rek), kira-kira 8 orang. Kami mendaki pada malam hari pada saat itu.Kami berangkat dari kota Malang setelah buka puasa kira-kira. Dan sampai di post keberangkatan itu pukul 10 malam. Jujur itu pertama kalinya aku mendaki malam hari hahaha. Sedep-sedep gimana gitu. Pada saat itu saya mendaki lewat jalur Trawas.  Pendakian pertama saya malam hari bisa dibilang aman-aman saja pada saat itu. Karena nggak ada hal-hal aneh selama perjalanan, alhamdulillah ya. Dan perjalanannya serasa cepet sih pada saat itu, kami sampai di puncak bayangan itu jam 1 malam. Kami langsung mendirikan tenda. Ada beberapa teman yang langsung menggulung dirinya di sleeping bag, ada pula yang mulai membuat mie instan, ada pula yang menggelar matras, menyeduh kopi, dan menikmati gemerlap lampu kota dibawah sana. Saya melakukan opsi ketiga. 





Saat itu, karena saya terlena dengan keindahan city light, saya memutuskan untuk tidak tidur di tenda dan rebahan di luar saja , sambil menunggu waktu sahur tiba. ( ini hal bodoh yang saya sesali karena menyebabkan salah satu organ penting saya sakit sampai harus cuti mendaki selama hampir 1 tahunan ). Pendakian pertama ini masih pendakian egois saya yang harus mengejar puncak.  Dan memang keesokan pagi jam 5 pagi, kami mulai untuk mendaki ke puncak Pawitra ( nama puncak gunung Penangungan, konon dahulu nama gunung penangungan adalah gunung Pawitra). Mengapa penanggungan adalah salah satu gunung favorit saya? Karena saat kita mendaki menuju puncak, kita akan disuguhi ilalang yang bergoyang bak menghibur dan memberi semangat kita untuk segera sampai puncak. Syahduuuu banget sumpaah. 


***

Pendakian Perdana Usai Cuti Setahun

Untuk kedua kalinya, aku mendaki bulan februari lalu. (Ini adalah pendakian pertama setelah saya cuti mendaki karena faktor kesehatan). Setiap mendaki gunung adalah istimewa, tetapi mungkin pendakian kedua ke gunung Penanggungan ini adalah yang teristimewa.  Pendakian kedua ke Penangungan ini adalah pertama kalinya aku naik gunung dengan seseorang spesial ( bukan gebetan, bukan cemceman, bukan php an hehehe). Kami mendaki dengan beban bawaan yang yaaa wkwkwk 75 liter masing masing dari kami. Kami berangkat dari kota Malang menggunakan motor mengarungi jalanan malang-pasuruan. kami berangkat jam 10 pagi dari Malang, dan sampai di pos keberangkatan gunung Penangungan itu pukul 12.00 pas dhuhur. Kami sempat tersesat ke jalur baru sepertinya, karena memang masih sepi tapi ada tulisannya bahwa itu salah satu jalur gunung Penanggungan. Tapi karena nggak mau mengambil resiko, kita tetap menuju jalur trawas dan alhamdulillah ketemu sih hehehe. Setalah adzhan dhuhuran, kami pun memulai perjalanan kami. Perjalanan siang hari seperti ini enaknya bisa melihat pemandangan sekitar. Kami pun sempat menjumpai beberapa pendaki yang sudah turun juga. 




Oiya, fyi, kali ini pendakian ini bukan pendakian egois  sih, karena kami tidak mengejar puncak, kami menikmati perjalanan, prosesnya.  Perjalanan saat itu alhamdulillah lancar. Tetapi perjalanan dari post 4 ke puncak bayangan, ada sedikit kendala. hihi. Jalur dari post 4 ke puncak bayangan ini menanjak dan berbatu. Selain itu, saat itu sedang musim penghujan, jadi tanah nya agak licin. Saya terpeleset beberapa kali. Bahkan celana yang saya pakai sudah nggak ada rupa.  Jujur aku hampir menyerah karena saat itu sudah sore juga dan gerimis kabut pun datang. Aku sedikit panik. Patner saya memutuskan untuk berhenti di tengah tanjakan itu. Biar saya tenang dulu baru lanjut katanya :)) Kami duduk berdua dan ditemani kabut yang kadang datang dan pergi serta gerimis di sore yang semakin mendekati malam. Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan, karena sebenarnya memang sebentar lagi kami sampai puncak bayangan sih heheh. Kami sampai puncak bayangan sekitar pukul 5 lebih. Kami mencari tempat yang kosong untuk mendirikan tenda ( karena saat itu sangat rameeeee sekali), dan alhamdulillah kami mendapat tempat yang datar dan nggak langsung kena angin. Kami pun segera mendirikan tenda karena cuaca sudah tidak bersahabat saat itu. Dan benar saja, setelah tenda kami berdiri, rintik hujan datang. Pada malam harinya pun hujan badai disertai angin menerpa. Kami hanya di dalam tenda dan memasak bekal kami, itung-itung mengurangi bawaan saat turun juga karena bawaan makanan kami memang banyak hahahaha. ( kan rencana mau camping bahagia gitu). 




Kami sedikit lebih lama nge camp di penanggungan yaitu 2 malam 3 hari. Pagi hari kedua yaitu setelah badai malam itu, cuaca pagi juga masih berkabut. Alhasil kita tidak bisa melihat sunrise sama sekali. dan akhirnya kami hanya menikmati segarnya udara diatas dengan duduk diluar tenda dan sesekali menyesap kopi serta berbincang sederhana. Terimakasih aku menikmatinya, sangat menikmatinya. Alhamdulillah malam kedua kami disana Tuhan berbaik hati menyuguhkan rasi bintangnya untuk kami. Di bawah milkyway kami menikmati malam itu dengan menyesap kopi dengan berselimutkan dinginnya malam hari. Dan sepertinya Tuhan memang sedang tersenyum hari itu, keesokan harinya pun kami disuguhi sunrise yang sangat indah.  Syukur yang tak terhenti terucap dari hati ini. 




Setelah pagi nya kami melihat sunrise yang indah, hari ketiga itu kami memutuskan untuk turun gunung. Kami membongkar tenda dan packing. Alhamdulillah beban sudah berkurang karena makanan kami sudah habis. Stock minum juga tinggal untuk perjalanan turun saja. Kami sampai di post 2 ( untuk sekedar mampir warung dan minum es teh serta makan gorengan wkwk, serta rebahan dikit) itu sekitar dhuhur. Dan sampai ke pos awal sekitar pukul 13.30. Oiya, saat perjalanan ke post keberangkatan, di jalan aku dikasih salak dari kakek kakek warga disana. hihihi rejeki banget ya. Setelah ngaso beberapa saat dan melapor ke pos keberangkatan bahwa kami sudah turun, tepat pukul 14.00 kami melanjutkan perjalanan ke Malang dan pulang kerumah bertemu dengan kasur kami. 


***

Setelah lama tak bertemu Gunung, akhirnya Penanggungan adalah Gunung pertama yang kudaki setelah cuti pun naiknya dengan seseorang yang istimewa. Terimakasih untuk setiap cerita, kopi, dan apapun dalam perjalanan ini. Semoga akan ada perjalanan dan pendakian (kita) lagi ditempat yang berbeda. 



You May Also Like

0 comments