Menuju Mahameru #3 - Bukan Sebuah Akhir, tetapi Harapan Bertemu Kembali

by - July 26, 2018

Melanjutkan cerita yang sempat tertunda 2 tahun lamanya. Tetapi cerita itu selalu masih ada dan tak akan kulupa.
 ***
Dini hari, kaki ini sudah dituntut untuk menjejak tanah yang berpasir. Dan semakin keatas pasirnya lebih dominan daripada tanahnya. Sapaan para pendaki lain yang memberi semangat adalah salah satu ornamen yang indah dalam perjalanan menuju puncak pada saat itu.

Perjalanan dari kalimati ke puncak Semeru, bukanlah perjalanan yang mudah. Apalagi jika kita sudah sampai ke area yang berpasir. Melangkah satu langkah, mundur 4 langkah. Hahaha. Tapi tarikan tangan pendaki-pendaki lain yang membantu satu sama lain benar-benar mempermudah jalan saya di track berpasir tersebut.

Waktu terus berjalan, pun dengan kami. Sesekali kami berhenti karena kecapekan. Dan sesekali pula kami berhenti untuk menikmati eloknya matahari terbit kala itu. Ya, saat matahari terbit, kami sudah di ketinggian yang cukup tinggi untuk bisa melihat sang surya malu malu muncul diantara lautan awan. Indah, sangat indah. Rekaman itu masih ada, diingatanku sampai saat ini








Perjalanan panjang itu akhirnya hampir terbayar dengan puncak. Tetapi pada saat itu waktu nya sangat mepet sekali. Pukul 9 lebih, kami masih belum mencapai puncak. Padahal menurut peraturan, kami harus turun pukul 10 dikarenakan gas beracun puncak semeru akan keluar sekitar jam tersebut. Tahukah kalian, gas beracun puncak semeru pula yang konon yang dihirup soe hok gie saat di puncak semeru dan akhirnya beliau meninggal. Beberapa orang sempet menyuruh untuk tidak kepuncak karena memang mepetnya waktu pada saat itu. Aku pun sempat berpikir untuk tidak jadi jalan ke puncak yang tinggal beberapa meter lagi. Tetapi akhirnya dengan mengucap bismillah, aku dan teman-temanku melanjutkan langkah kami menuju ke puncak semeru. Dan taukah kamu, saat sampai puncak, kaki ku benar-benar bergetar dan aku ingin menangis. Sesaat aku tak percaya, kakiku akan sampai ke Mahameru. Pemandangan disana sungguh luar biasa. Aku pun juga bisa melihat “Jonggring Saloko” yaitu kawah Mahameru. Tetapi ingat ya, sangat tidak disarankan untuk turun ke kawah tersebut dikarenakan kawah tersebutlah yang akan mengeluarkan gas beracun pada pukul 10 pagi lebih
.


Karena keterbatasan waktu, dan kamipun tak ingin tujuan akhir kami, yaitu pulang ke rumah hanyalah angan belaka, akhirnya kami memutuskan untuk foto-foto secukupnya dan turun ke bawah.

Perjalanan turun ke bawah pun nggak kalah bahayanya. Track berpasir mengharuskan kami untuk berhati-hati karena gampang terjatuh, dan berhati-hati pula dengan batu-batu yang tergelincir dari atas. Jadi pada saat itu kami harus waspada. Walaupun, sangat menyenangkan memang turun dengan track berpasir seperti itu, hihi, tetapi kita juga harus hati-hati, kalau kita terlena saat perjalanan turun itu, kita bisa memasuki jalur blank 75. Jalur ini adalah jalur yang mengarah ke jurang sedalam 75 meter. Oiya, waktu untuk turun ini lumayan cepat dari pada saat naiknya, karena kita seperti main perosotan saat turun di track berpasir ini. Perjalanan dengan track berpasir ini akan berakhir ketika kita menemui cemoro tunggal yang merupakan batas vegetasi. Setelah batas itu, kita menempuh jalur biasa tanpa pasir-pasir lagi. Dan mulailah kita untuk menuju perjalanan ke Kalimati dan dilanjutkan ke Ranukumbolo.

Singkat cerita, kami sampai ke Ranukumbolo saat sang matahari sudah mendekam di ujung bumi. Teman-teman kami yang menunggu disana pun menyambut kami dengan hati yang senang karena mereka sangat mengkhawatirkan kami yang tak kunjung pulang. Ah, malam itu pula, kami memutuskan untuk bermalam di Ranukumbolo dan menikmati mikly way disana. Lagi-lagi, mungkin Tuhan sedang tersenyum malam itu, sungguh indah, sungguh sangat indah, dan aku pun akhirnya terlelap dalam mimpi untuk menghadapi esok hari.



Pulang, adalah tujuan akhir kami. Kami berangkat 9 orang pada saat itu, dan saat pulang kami bertambah menjadi 16 orang. Akhirnya pun, kami menuju Malang dan menuju kasur dan guling kami sendiri-sendiri di kosan dan berharap akan ada lagi cerita serupa.

Ah, alam selalu saja mempunyai cerita yang tak terduga. Cerita 2 tahun lalu ini, akan selalu terkenang. Mungkin aku bisa kembali kesana, tetapi dengan cerita yang berbeda. Cerita ini, akan tetap seperti ini. Tapi tetap berharap, akan ada cerita lainnya entah ditempat yang sama atau berbeda. Dan saat ini, jujur aku rindu. Itu saja :)

You May Also Like

0 comments